Siang itu di sebuah ruangan yang cukup tertutup. Dalam
kepulan asap rokok yang memerihkan mata, saya terkesima dengan konsep yang
disampaikan olehnya. Tubuhnya gempal, tegap, dan masih terlihat begitu
semangat. Di umur yang tak lagi muda, ia memaparkan sebuah konsep cluster focus pertanian dan peternakan
sapi. Mungkin tepatnya penggemukan sapi.
Layar screen putih itu sesekali muncul bayangan tubuh
gempalnya. Dan, saya merasa terpukau akan semua idenya dalam membangun konsep
yang kala itu, menurut saya adalah sebuah konsep yang begitu modern. Cara Ia
menjelaskan mengingatkan saya tatkala masih kuliah dan sering memberikan
presentasi perkembangan bisnis. Serasa bak dalam kelas kampus, semua ide mulai
berloncat-loncat. Saya menjadi semangat dan berteriak, Ini Keren Om!
Konsep yang dimaksud sederhananya begini, seperti sebuah
simbiosis mutualisme dalam bidang biologi. Sapi diternak dan digemukkan, lalu
kotorannya dijadikan pupuk. Pupuk di pakai untuk menyuburkan tanah, tanah yang
subur tersebut dipakai untuk menanam tanaman pertanian. Jerami, atau sisa dari
tanaman tersebut menjadi pakan sapi. Begitu seterusnya. Sampai akhirnya,
menurutnya dengan bisnis tersebut, rakyat Aceh akan makmur.
Kala itu, ide ini begitu cemerlang, tapi kini? Sepertinya
itu merupakan sebuah bom waktu yang akan meledak suatu saat lalu menyisakan
kelaparan terbesar dalam sejarah Aceh!
Bagaimana mungkin Aceh akan kelaparan? Mungkinkah saya salah
minum obat? Bisa jadi. Tapi mari kita meluangkan membacanya lebih bijak.
Tahun 2011, Mesir, sebuah negara yang cukup kaya akan hasil
alamnya bergejolak. Revolusi, terjadi. Masyarakat berteriak, ribut, anarkis,
meminta agar presiden Hosni Mubarak yang telah berkuasa selama 30 tahun lebih.
Hampir mirip dengan indonesia. Dan kamu, pasti akan menebak kalau ini
disebabkan ketidak-adilan. Otoriter, kejam, dan lain sebagainya.
Tapi tahukah kamu, kalau jauh sebelum 2011, Mesir sebenarnya
mengalami kelaparan hebat? Padahal negara piramida ini, salah satu sumber
ekonominya adalah Pertanian?
“Ekonomi Mesir sangat tergantung pada pertanian, media,
ekspor minyak bumi, ekspor gas alam, dan pariwisata, terdapat pula lebih dari
tiga juta orang Mesir bekerja di luar negeri, terutama di Arab Saudi, Teluk
Persia dan Eropa. Penyelesaian Bendungan tinggi Aswan pada tahun 1970 dan
resultan Danau Nasser telah menghasilkan tempat yang dihormati sepanjang masa
dari Sungai Nil dalam pertanian dan ekologi negara Mesir. Lonjakan pertumbuhan
populasi meningkat pesat. Dan, lahan pertanian semakin terbatas. Sehingga
akhirnya membebani kemampuan ekonomi negara ini. Sumber Wikipedia
Tahun 2005 sampai Agustus 2008 harga gandum dan jagung naik
tiga kali lipat. Beras juga tidak mau kalah, ia naik sampai 5 kali lipat. Bagus
dong, itu artinya mensejahterakan petani kan? Ternyata tidak demikian. Data
menyebutkan kalau sekitar 20 negara dan 75 juta jiwa manusia justru jatuh
kedalam kemiskinan disaat panen terbanyak dalam sejarah.
Ternyata harga pangan yang tinggi justru menjadi masalah
paling besar karena mencakup jaringan pangan di seluruh dunia. Hal ini karena
pertumbuhan penduduk dunia selama 10 tahun terakhir justru lebih banyak dari
pada pangan yang dihasilkan. Akhirnya, Mesir, yang seyogyanya sebuah negara
yang cukup makmur dan subur mengalami KELAPARAN!
Kita semua tahu, rasa lapar membuat orang akan bertindak
nekat lalu akhirnya dia akan cenderung menyalahkan pemerintah karena dianggap
tak mampu lagi mengawal berbagai kebijakan mengenai pangan dan hajat hidup
orang banyak. Jadilah Mesir seperti hari ini.
Lantas, Apa Hubungannya Dengan Aceh?
Bila konsep cluster focus tersebut berjalan tanpa kontrol
yang sangat ketat, dan konsep tersebut berhasil. Lalu di iringi dengan
pertumbuhan penduduk di Aceh yang semakin tahun semakin banyak. Baik yang lahir
di Aceh ataupun pendatang dari daerah lainnya. Maka yang nanti akan sangat
dibutuhkan untuk membuat hal tersebut tetap berjalan adalah lahan!
Artinya, Aceh akan krisis lahan. Ini sungguh akan terjadi.
Belum lagi bila ditambah dengan ide gila membuka lahan baru sebanyak 1 juta
hektar. Penegakan hukum Hak Pengusahaan Hutan mulai terbilang mandul seperti
saat ini. Maka bisa dipastikan Aceh akan kelaparan!
Suka tidak suka, kenyataannya hari ini sudah mulai terlihat.
Debit air sungai alas mulai menurun. Debit air danau laut tawar tiap tahun
terus menurun. Luasan cakupan hutan semakin hari semakin berubah fungsi.
Menjadi lahan Sawit. Lalu Konsep Penggemukan sapi atau apalah namanya itu juga
akan ikut andil. Maka satu yang pasti, Hutan di Aceh akan punah!
Penduduk Aceh hari ini, sebagian besar adalah petani,
nelayan, dan pekebun. Lalu apa hubungannya dengan hutan? Sahabat, hutan Ulu Masen kini sudah kritis.
Tak lama lagi dia akan punah. Karena apa? Semuanya karena kepentingan populasi
dan bisnis. Beberapa kawasan sekitar Ulu Masen sudah mulai merasakan kekeringan
dan banjir bandang.
Jika ini terus menerus terjadi maka dipastikan lahan
pertanian, perkebunan akan rusak. Pun tak terkecuali karang laut di sekitar
kawasan tersebut. Endapan lumpur yang turun dari gunung akan berlebihan lalu
masuk ke sungai hingga akhirnya menyatu dilautan akan menimbulkan sendimentasi
di dasar laut. Bisa dipastikan, karang akan terkena dampaknya.
Bila sudah begini, sawah kering, kebun tak lagi menghasilkan
buahan, lalu laut tak lagi memberikan ikan kepada rakyat Aceh maka apa yang
terjadi? Aceh akan mengalami konflik terbesar dalam sejarah! Antar satu desa
dengan desa lain mulai tak akur, dan ini akan terus berkembang sampai antar
kabupaten kota. Hingga akhirnya, orang Aceh akan berperang sesamanya. Hanya
karena apa? Hanya karena kita tidak mau benar-benar mengantisipasi kerusakan
lahan. Hampir mirip dengan Mesir bukan?
![]() |
kawasan hutan di Aceh Jaya yang menjadi lahan sawit (foto by : Junaidi Hanafiah/mongabay.com) |
Revolusi Hijau
Sebenarnya ini ide lawas. Indonesia pernah melakukannya.
Masih ingat dengan istilah swasembada beras? Konsepnya hampir sama. Akan
tetapi, konsep Revolusi Hijau ini, lebih fokus kepada peningkatan hasil pangan
tanpa membuka lahan baru. Artinya, Lahan yang ada akan benar-benar dimanfaatkan
untuk peningkatan hasil pangan. Sekali lagi, Tanpa membuka lahan baru dan tanpa
merusak hutan ataupun sumber air.
Saya paham, revolusi hijau dahulunya memang berhasil akan
tetapi meninggalkan begitu banyak luka. Mulai dari kerusakan lahan karena pupuk
kimia, hilangnya beberapa ekosistem dan lain sebagainya. Lalu bagaimana ia bisa
menjadi solusi dari masalah pangan kini?
![]() |
berbagai pengamat dunia mengatakan, kalau 20 tahun lagi air kan menjadi komuditas paling mahal di dunia (foto by : team lestari) |
Sahabat, perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan, dan
pemahaman manusia kini sudah jauh lebih baik dibandingkan 70 tahun lalu. Kini
ada pupuk organik, tanpa harus pakai pupuk kimia. Sudah ditemukan sistem
hidroponic, dan berbagai macam sistem baru yang lebih ramah lingkungan dan alam
kini telah hadir dihadapan kita. Pun sudah terbukti meningkatkan hasil pangan.
Pertanyaan kini adalah, dengan semua ilmu pengetahuan dan
teknologi hari ini, serta kepastian peningkatan hasil pangan tanpa harus
merusak hutan dan membuka lahan baru, maukah kita, terutama pemerintah Aceh
menjadikan ini sebagai role model pembangunan Aceh sekarang dan untuk masa
depan?
Kita tidak bisa pungkiri, kalau Aceh, negeri yang kaya. Terutama
hutan hujannya. Luas hutan di Aceh secara total adalah 3,4 Juta Ha. Artinya
hampir setengah luas area provinsi Aceh adalah hutan dan bisa dipastikan ada
lebih 1 jutaan penduduk Aceh mengantungkan hidupnya dari sumber hutan.
![]() |
ada banyak cara dalam melakukan pemanfaatan lahan tidur dengan maksimal tanpa harus menggunakan zat kimia dan merusak hutan. ( foto by : foto by : Junaidi Hanafiah/mongabay.com) |
Bila
hutan dihilangkan? Bila hutan Aceh terus dijual oleh oknum yang serakah kepada
para pengusaha sawit, tambang dan kayu? Siapa yang menanggung akibat
mengamuknya alam? Orang Aceh! Siapa yang lapar dan kelaparan? Orang Aceh! Siapa
yang akan saling bunuh-bunuhan karena air ke sawahnya tak cukup lagi? Orang
Aceh!
Lalu si oknum biadab ini, yang sudah menjual hutan Aceh dia
akan hidup melenggang bak peragawati menang kostum baru. Sedangkan lebih dari 1
juta rakyat Aceh menderita kemiskinan, kelaparan, dan kematian. Akhirnya? Kita,
orang Aceh, saling perang sesama. Hanya karena pemerintah tak tegas, hanya
karena oknum penguasa yang serakah memperkosa hutan Aceh sampai hancur!
Allah yg memberikan rezeki keu orang aceh, apakah dgn pertumbuhan penduduk akan sulit mencari nafkah? Cara berpikir anda sangat salah, apa. Yg anda pelajari dibangku kuliaht bukanlah kebenaran yg sempurna untuk mencapai kebahagiaan, tapi keimanan dan pengetahuan agama adalh kebahagiaan yg diridhai oleh Allh.
ReplyDelete