Monday, March 13, 2017

Aceh Hilang 11.6 Trilyun Rupiah Selama 10 Tahun Terakhir Akibat Menebang Hutan

logger, Foto : Junaidi Hanafiah (mongabay.co.id)


Siapapun tidak akan percaya, bila dikatakan kalau provinsi terbarat indonesia ini sudah membuang uang dengan angka yang cukup banyak. 11,6 Trilyun rupiah selama 10 tahun terakhir. Jadi bila dirata-ratakan aceh kehilangan atau membuang uang sebanyak 1,1 Trilyun Rupiah pertahun. Tapi begitulah kenyataannya. Aceh membuang uang percuma dengan membiarkan laju kerusakan hutan kawasan Ekosistem Leuser cukup cepat. 

Menurut data dari mongabay.co.id yang di sadur melalui sebuah lembaga (beritanya ada di sini ) Kawasan Ekosistem Leuser, sudah hilang sebanyak 290 ribu hektar semenjak 2006 sampai 2016 lalu. Dengan laju deforestasi pertahun 32 ribu hektar. Memang, bila dilihat dari luas cakupan kawasan KEL itu hanyalah jumlah yang sedikit. Tapi, bukankah, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit? 


Kawasan Hutan ULU MASEN awalnya juga demikian. Awalnya hanya sedikit, lalu kini, hanya tinggal sedikit lagi. Banjir bandang di kawasan Tangse, Aceh Pidie hampir setiap tahun. Banjir di kawasan barat Aceh juga sudah hampir menjadi langganan. Lalu Kawasan Ekosistem Leuser bagaimana? 

Pertanyaan yang paling menarik sebenarnya adalah, apa keuntungan pemerintah Aceh dari perbuatan alih fungsi hutan ini? Pajak? Peningkatan Pendapatan Asli Daerah? Pengurangan kemiskinan? Memberikan lapangan kerja kepada masyarakat? Benarkah itu semua? 

Setiap kali datang bencana alam di kawasan sekitar hutan, berapa banyak kerusakan dan harta benda masyarakat Aceh yang hilang. Belum lagi nyawa yang melayang. Lalu, bukankah sebagian besar alih fungsi hutan dipergunakan untuk lahan sawit yang pengelolanya adalah perusahaan. Lalu, dimanakah kesejahteraan masyarakat dari pengelolaan sawit tersebut? Pun, PAD yang masuk untuk daerah tak bisa dikatakan banyak ataupun cukup. Selebihnya? Hampir setiap tahun pemerintah aceh harus mengeluarkan dana talangan bencana untuk masyarakat yang terkena dampak dari kerusakan hutan tersebut. 

Ini belum termasuk dengan konflik antara manusia dengan satwa liar. Yang tak jarang menimbulkan korban jiwa di pihak manusia. Secara kasat mata dapat disimpulkan bahwa alih fungsi hutan yang tidak tepat hanya merugikan provinsi Aceh itu sendiri. 
 
Gajah Sumatra di aceh yang semakin kehilangan lahannya. Foto By : Junaidi Hanafiah ( mongabay.co.id)
Lalu, sebenarnya berapakah nilai rill dalam rupiah kehilangan atau kerugian Aceh setiap tahunnya akibat kerusakan dan alih fungsi hutan tersebut. Menurut Ibnu Rusdi ( silahkan baca di sini ) seorang pakar bencana alam aceh, mengatakan bahwasanya;

Apabila dalam 1 tahun pada sebidang tanah tumbuhan dapat menguapkan air setinggi 60 cm dalam areal tersebut dan di hutan dapat menguapkan sampai dua kalinya atau kita anggaplah 1 meter untuk kawasan hutan. Perhitungan ini berarti, apabila 1 m2 hutan dihilangkan maka dalam 1 tahun akan ada 1 m3 (1000 liter) air yang mengalir bebas karena tidak diuapkan oleh pohon. Apabila 55.000 hektar hutan mau dihilangkan atau dialihkan fungsikan maka akan ada lebih-kurang 550 Juta meter kubik (m3) atau 550 milyar liter air mengalir bebas karena tidak lagi diserap oleh akar dan diuapkan oleh daun perpohonan. 550 milyar liter air bukanlah jumlah yang sedikit, siapa saja yang akan menjadi korban 550 milyar liter air ini akan kita lihat di masa yang akan datang, walaupun semua kita tidak mengingikan hal tersebut terjadi.

Maka dengan landasan tersebut, didapatlah sebuah hitungan matematika bisnis sederhana sebagai berikut;
Apabila 55.000 hektar hutan mau dihilangkan atau dialih-fungsikan maka akan ada lebih-kurang 550 Juta meter kubik (m3) atau 550 milyar liter air mengalir bebas karena tidak lagi diserap oleh akar dan diuapkan begitu saja oleh daun perpohonan.

Jadi, bila Aceh hanya hilang hutan 55.000 Ha hutan saja selama setahun maka aceh sudah rugi Rp2.200 Trilyun rupiah!

Hitungan sederhananya begini, Anggap saja 1 liter air seharga 4000 rupiah. maka 550 milyar liter air di kali 4000 rupiah = 2,1 Trilyun Rupiah!

Maka apabila dikonversikan dengan jumlah luasan hutan KEL yang telah rusak selama 10 tahun terakhir, 290.000 ha. Di dapatlah sebuah hitungan nilai yang begitu menyesakkan dada. 

1 Ha hutan rusak dalam setahun maka ada 10.000 M3 air yang hilang dari hutan Aceh. 

Bila 290.000 Ha rusak maka dikalikan 10.000 di dapatlah   2.900.000.000 M3 air yang hilang selama setahun. Lalu dirupiahkan dengan harga air bersih perliternya rata-rata Rp. 4000
Sama dengan 11,6 Trilyun Rupiah!


Ini baru potensi kehilangan dari sisi air. Belum lagi dari hitungan seekor gajah yang mati,  serta dampak bencana dari kehilangan/kerusakan hutan yang ditimbulkan dari kematian gajah tersebut. Dan kerusakan ekosistem lainnya. Suka tidak suka, angka-angka real terus dikeluarkan oleh mereka yang tak ingin kehilangan hutan aceh. Dari segi rupiah, jelas aceh telah rugi banyak. Belum lagi ditambah dengan kehilangan dari sisi satwa dan konservasi. 

Maka, bisa dipastikan, dalam 10 tahun mendatang, aceh diprediksi akan kehilangan luasan hutan yang lebih parah lagi. Lalu, bila sudah begini, maka bencana akan menjadi langganan bagi bumi Serambi Mekkah ini.

Post a Comment

Start typing and press Enter to search