Tuesday, May 9, 2017

Ketika Pala Aceh Kembali Jadi Idaman



Ketika Pala Aceh Kembali Jadi Idaman.

Penas KTNA 2017 sedang berlangsung.  Di salah satu stand pameran, seorang pria bertubuh kurus dan berambut gondrong terus menerus terlihat sibuk melayani setiap tamu yang hadir.

Bang Asbar namanya.. pria yang berasal dari Aceh Selatan ini, sesekali berusaha tersenyum. sembari terus mengatakan

"Maaf, ini nggak dijual pak. Hanya pajangan  aja.” Begitu katanya berulang kali saban setiap ada pengunjung yang ingin membeli bibit tanaman pala yang dibawanya dari kampong halaman. 


Pala, dahulu pernah menjadi tumbuhan primadona di kabupaten Aceh selatan. Tapi, beberapa tahun terakhir, kala Jamur Akar Putih menyerang, serta perubahan suhu kawasan, Tanaman pala mulai memasuki tahap yang cukup mengkhawatirkan. Banyak tumbuhan pala yang mati. Beberapa hama-pun tak henti-henti menyerang. Petani pala, mulai terduduk diam tak mampu berkata-kata.

“Mungkin karena burung murai batu, mulai banyak yang ditangkap kali bang. Makanya banyak hama di pohon pala itu” begitu kata bang Asbar kepada saya. Iya, bisa jadi. Kejadian yang sama sebenarnya pernah menyerang Negara adidaya China di tahun 1950an kala burung Pipit dianggap sebagai hama padi. Alih-alih meningkatkan produksi Padi, yang terjadi malah gagal panen terbesar sepanjang sejarah Negara tirai bamboo tersebut. 

Kini, bang Asbar mencoba melakukan apa yang telah dilakukan oleh Pak Hamdani. Seorang penemu teknik sambung pala hutan dengan pala budidaya. Dan, itu berhasil mengembalikan pala pada posisinya semula. Menariknya adalah, pohon pala ini, semakin tua semakin banyak buahnya. Bahkan bisa berumur puluhan tahun. 

Jadi, menurut bang Asbar, ini sejalan dengan ide konservasi hutan yang akhir-akhirnya kembali bergaung di Aceh. Tanpa harus melakukan pembukaan lahan besar-besaran, tanpa harus merambah dan merubah fungsi hutan, Pohon Pala hasil dari teknik sambung ini menjadi salah satu solusi sumber ekonomi dari hasil hutan. 
benih Pala hasil Teknik Sambung, foto : Junaidi Hanafiah
Masih menurut bang Asbar, Pala hasil teknik sambung ini sangat bergantung dengan kelestarian hutan, hewan predator hama, dan iklim. Yang semuanya itu bersumber pada satu hal. Kelestarian hutan. Kini, beberapa tamu yang berasal dari seluruh Indonesia tertarik dengan pala yang telah dikembangkan ini. Pun harganya kembali stabil dan cukup untuk memberikan manfaat ekonomi pada masyarakat setempat.

Bang, melalui event ini, saya ingin mengajak kepada seluruh masyarakat Aceh selatan khususnya dan Indonesia umumnya, agar sama-sama menjaga hutan. Karena dari sanalah kita bisa menerima manfaat yang berkelanjutan dari kelestarian hutan tersebut. Tutup pembicaraan kami sore itu ditengah ramainya para pengunjung di stand yang diinisiasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta USAID LESTARI. 

Bagi kamu yang masih penasaran dengan salah satu hasil hutan Aceh ini, kamu masih bisa mengunjungi stand KLHK yang berada di Hall A2. Acara yang berlangsung dari tanggal 6 sampai dengan 11 mei 2017 ini mengangkat tema ketahanan pangan. Jadi, akan banyak ilmu yang akan kamu dapatkan. Sampai ketemu di stand ya..


Post a Comment

Start typing and press Enter to search