Tiba-tiba ruangan Kepala Dinas Pariwisata Gayo Lues auranya terasa sungguh magis. Tiga orang laki-laki tepat di depan meja Kepala Dinas Pariwisata itu sedang memilih kata-kata,lalu bersama-sama merangkainya menjadi lirik indah namun sarat makna. Yang hadir pagi 21 September 2016 itu adalah sebagian kecil dari 15 orang anggota Tim Penari Saman Gayo Lues yang sudah melanglang buana ke Asia,Amerika,Australia,juga Eropa untuk memperkenalkan budaya yang mereka jaga dan sangat banggakan,Saman.
Menyaksikan syair berbahasa Gayo dibawakan oleh 15 orang penari level internasional lewat gerakan-gerakan yang mencengangkan di salah satu ruang Kantor Dinas Pariwisata Gayo Lues pagi itu adalah sebuah pemandangan yang menakjubkan, tidak hanya tentang seni tapi juga tentang pesan menjaga alam yang coba disuarakan.
Tari Saman bagi masyarakat Gayo memang bukan hanya sekedar pertunjukan seni. Gerakannya yang tidak biasa selalu diiringi syair sebagai syiar yang akan didengar lintas generasi.
Pagi 21 September kemarin,perlahan namun pasti pesan-pesan tentang pelestarian Leuser dimasukkan. Tentang hutan leuser sebagai paru-paru dunia, tentang hutan leuser sebagai rumah berbagai flora dan fauna, dan yang tidak kalah penting tentang hutan leuser sebagai sumber mata air, air yang mengaliri rumah-rumah, tempat ibadah, serta sawah dan kebun masyarakat dari dulu sampai hari ini.
Untuk Aceh, LESTARI mengupayakan agar hutan dapat dikelola bersama-sama, dijaga dan dilestarikan bersama karena semua pihak baik masyarakat, pemerintah, maupun swasta masih dan akan terus membutuhkan air, dan hutan adalah penyedianya.
Faktanya hari ini, tutupan hutan di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) dilaporkan terus berkurang. Tanggal 28 September kemarin, HAKA melaporkan bahwa selama Januari – Juni 2016 ini saja KEL kembali harus kehilangan 4.097 hektar kawasan hutannya akibat berubah fungsi, terpantau 187 titik api, hutan rawa gambut menyusut berganti sawit, keanekaragaman hayati terancam musnah total. Ini mengerikan!!!
hutan Leuser, foto by : harianaceh.co.id |
Di tengah ancaman kepunahan, melestarikan Hutan Leuser harus terus disuarakan, lewat apa saja termasuk lewat pintu budaya. Di Gayo Lues, salah satu tempat dimana LESTARI bekerja kita melihat bahwa Leuser dan Saman adalah 2 hal yan tak terpisahkan, keduanya saling menghidupkan, keduanya harus dijaga dan dipertahankan dan karena kedua-duanya adalah harta kita, WARISAN DUNIA. (Disarikan dari Pertemuan Koordinasi USAID LESTARI dengan Pemerintah Gayo Lues, 21 September 2016)
FYI :
- Keanekaragaman hayati di kawasan Hutan Leuser menghantarkan Taman Nasional Gunung Leuser mendapat predikat “Situs Warisan Dunia (Tropical Rainforest Heritage of Sumatera)” oleh komite warisan dunia, UNESCO pada 2004.
- Tari Saman mendapat predikat warisan budaya dunia tak benda dari UNESCO sejak 24 November 2011. Merupakan warisan budaya masyarakat Gayo yang dapat dilacak sampai abad ke-13 yang kemudian dikembangkan oleh Syekh Saman dan berisi tentang pesan-pesan moral.
Saman itu hampir punah bila tidak dilestarikan. Maka oleh sebab itu harus dilestarikan.
ReplyDeleteLestari.... lestari dan lestari kan semuanya.
Sebenarnya, saman, bukan hanya sekedar tarian.. hal itu pula yang membuatnya menjadi sebuah warisan dunia :)
Delete